Sabtu, 13 Agustus 2011

Faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan di kelurahan KTI KEBIDANAN


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Angka kematian bayi yang cukup tinggi didunia dapat dihindari dengan pemberian air susu ibu pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan yang berperan  penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus dimasa depan (Arifin, 2004). Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk ASI ekslusif telah memadai, hal ini terbukti Departemen Kesehatan menggencarkan kampanye pemberian ASI ekslusif selama enam bulan disertai pula dengan informasi manfaat ASI ekslusif (Amori, 2007).
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indicator kesehatan yang sensitif, pada tahun 2003, AKB di Indonesia tercatat 35 per 1000 kelahiran hidup, meskipun AKB di Indonesia tidak mengalami perbaikan tetapi keadaan tetap jauh lebih buruk, sedangkan dilihat dari data ASEAN Statistik Pocketbook dinegara asia bagian timur dan tengah, angka kematian bayi di Vietnam 18, Thailand 17, Filipina 26, Malaysia 5,6, dan Singapura 3  per 1000 kelahiran hidup (Sampurno, 2007).
Kelahiran bayi kiranya merupakan momen yang paling menggembirakan bagi orang tua manapun. Mereka ingin bayi mereka sehat dan memiliki lingkungan emosi dan fisik yang terbaik. Setelah lahir, nutrisi memainkan peran terpenting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI adalah makanan terbaik bagi bayi sampai ia berumur sekitar enam bulan (Ramaiah, 2007).
Riset terbaru WHO pada tahun 2005 menyebutkan bahwa 42 persen penyebab kematian balita di dunia adalah akibat penyakit, yang terbesar adalah pneumonia (20 persen), selebihnya (58 persen) terkait dengan malnutrisi yang seringkali terkait dengan asupan ASI (Siswono, 2006). Dan berdasarkan hasil penelitian Ridwan Amirudin 2007, anak yang tidak diberi ASI ekslusif lebih cepat terserang penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes setelah dewasa,.kemungkinan anak menderita kekurangan gizi dan obesitas (Amiruddin, 2007).
Bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai 17 kali lebih besar mengalami diare, dan 3 sampai 4 kali lebih besar kemungkinan terkena infeksi saluran pernafasan (ISPA) salah satu factor adalah karena buruknya pemberian ASI (Dep.Kes,RI, 2005) hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 – 2003 hanya 8 % bayi Indonesia yang mendapat ASI ekslusif 6 bulan dan 4% yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya (Amori, 2007).
Menteri negara pemberdaya perempuan dinews Antara pada Peringatan Pekan Asi Sedunia 2007,  mengatakan meskipun usaha meningkatkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat gencar dilakukan, tapi kesadaran masyarakat untuk pemberian ASI di Indonesia masih memprihatinkan, berdasarkan data yang ada pada tahun 2002 – 2003 bayi dibawah usia 4 bulan yang diberikan ASI ekslusif hanya 55 % sementara itu pemberian ASI ekslusif pada bayi usia 2 bulan hanya 64%, pada bayi berumur 2-3 bulan hanya 46 % dan  pada bayi berumur 4-5 bulan haya 14 %. Dan berdasarkan hasil penelitian Ridwan Amirudin 2007, proporsi pemberian ASI Ekslusif pada bayi kelompok usia 0 bulan sebesar 73,1 %, usia 1 bulan sebesr 55,5 %, usia 2 bulan sebesar 43 %,  usia 3 bulan sebesar 36%, dan usia 4 bulan 16,7% (Amiruddin, 2007).
ASI sebagai makanan bayi yang mengandung laktosa didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat sebagai zat antibodi, menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat pathogen, ASI tidak mengandung beta lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi (Arifin, 2004).
Meskipun ASI sangat besar manfaatnya bagi bayi, namun survei yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition dan Health Surveillance System (NSS) kerja sama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di                       4 perkotaan dan 8 pedesaan menunjukan bahwa cakupan ASI ekslusif  4-5 bulan di perkotaan antara 4% - 12 %, sedangkan dipedesaan 4% - 25 % pencapaian ASI ekslusif, pencapaian ASI ekslusif 5-6 bulan diperkotaan berkisar antara                           1% - 13%, sedangkan dipedesaan 2% - 13 %.
Berdasarkan data dari NSS yang bekerjasama dengan Balitbangkes dan Hellen Keller International permasalahan yang mengakibatkan masih rendahnya penggunaan ASI di Indonesia adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja (Judarwanto, 2006).
Menurut penelitan Arifin Siregar 2004 dijelaskan alasan ibu tidak menyusui bayinya, di aspek kehidupan kota kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan meyusui yang menyebabkan ibu terpengaruh kepada susu formula. Kesehatan / status gizi bayi serta kelangsungan akan lebih baik pada ibu yang berpendidikan rendah. Hal                                                                                                                ini karena ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang luas serta kemampuan untuk menerima informasi lebih tinggi.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dan dilihat faktor intern dari ibu seperti terjadinya bendungan ASI, luka-luka pada puting susu, kelainan pada puting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria. (Arifin, 2004).
Berkurangnya jumlah ibu yang menyusui bayinya dimulai di kota-kota, terutama pada warga yang berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar ke daerah pinggiran kota, penelitian para ahli mengapa jumlah ibu yang menyusui bayinya cenderung menurun, semakin banyak ibu bekerja,adanya anggapan menyusui adalah lambang keterbelakangan budaya dan alasan estetika (M, Sjahnien, 2008). Dan berdasarkan hasil penelitian Ridwan Amirudin 2007 dengan bertambahnya usia bayi tejadi penurunan pola pemberian ASI sebesar 1,3 kali / 77,2 %. Hal ini memberikan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan sosial ekonomi ibu dimana ibu yang mempunyai sosial yang rendah mempunyai peluang 4,6 kali untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial yang tinggi bertambahnya pendapatan keluarga atau status sosial ekonomi yang tinggi serta lapangan pekerjaan bagi perempuan, berhubungan dengan cepatnya pemberian susu botol artinya mengurangi kemungkinan untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama. (Amirudin, 2007).
Bardasarkan hasil perhitungan data SUSENAS pada tahun 2006 di Propinsi Lampung bayi usia 0-4 bulan yang tidak memberikan ASI secara eksklusif sebesar 44,52 % (Profil Lampung, 2006). Di Kota Metro yang tidak memberikan ASI secara ekslusif pada tahun 2007 sebanyak 52,88%, sedangkan dipuskesmas Iringmulyo ibu-ibu yang tidak memberikan ASI secara ekslusif sebanyak 57,93% (Dinkes Kota Metro, 2007).
Berdasarkan hasil pra survey di Puskesmas Iringmulyo pada bulan Januari - April 2008, jumlah bayi berusia kurang dari 6 bulan sebanyak 56 ibu yang memiliki bayi 0 - 6 bulan, bayi yang diberi ASI eksklusif adalah sebanyak 6 (10,7 %) dan bayi yang tidak ASI eksklusif sebanyak 50 (89,3 %) pada bulan Januari – April 2008 bayi yang terkena diare sebanyak 19 bayi (33,9 %) dan yang terkena ISPA sebanyak 18 bayi (3,21 %).
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu faktor – faktor penyebab rendahnya pemberian ASI ekslusif pada bayi usia dibawah 6 bulan dikelurahan Iringmulyo wilayah kerja puskesmas Iringmulyo tahun 2008.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu : “faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan di Kelurahan Iringmulyo Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo tahun 2008 ?”. 



C.    Ruang Lingkup Penelitian
Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian dari penelitian faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan di Kelurahan Iringmulyo Wilayah Kerja Puskesmas Iringmulyo  sebagai berikut :
1.      Jenis Penelitian        :   Deskriptif
2.      Subjek Penelitian    :   Ibu yang memiliki bayi usia 0 – 6 bulan
3.      Objek Penelitian      :  
      Variabel terikat       :   Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayi
                                          dan yang mempunyai bayi 0 – 6 bulan
      Variabel bebas         :   Faktor pendidikan ibu      
                                          Faktor tingkat ekonomi
                                          Faktor kesehatan  ibu
4.      Lokasi Penelitian     :   di kelurahan Iringmulyo
5.      Waktu Penelitian     :   di laksanakan pada bulan Mei-Juni 2008

D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan.



2.      Tujuan Khusus
Tujuan khusus pada penelitian ini adalah untuk :
a.       Diketahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan ditinjau dari tingkat pendidikan.
b.      Diketahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan ditinjau dari tingkat ekonomi
c.       Diketahui faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan ditinjau dari faktor kesehatan ibu

E.     Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan, maka diharapkan :
1.      Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan pengetahuan dan keterampilan penulis dalam masalah pemberian ASI eksklusif kepada bayi oleh ibu.

2.      Bagi Puskesmas Iringmulyo
Dapat menambah pengetahuan atau wawasan terhadap pihak Puskesmas sehingga dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang pemberian  ASI ekklusif.

3.      Bagi Prodi Kebidanan Metro
Sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa di perpustakaan dan dapat menjadi bahan bagi penelitian yang akan datang.


4.      Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi
Sebagai sumber pengetahuan atau wawasan tentang faktor-faktor penyebab rendahnya pemberian ASI eksklusif pada bayi usia di bawah 6 bulan.

Faktor-faktor penyebab petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan PAP SMEAR di puskesmas KTI KEBIDANAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
            Diantara tumor ganas ginekologi, kanker servik uteri merupakan penyakit keganasan yang menimbulkan masalah dalam kesehatan kaum wanita terutama di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia (Wiknjosastro, 1999)
            Hingga saat ini kanker servik uteri masih menempati urutan pertama penyakit yang paling banyak menyerang wanita di Indonesia. Sementara di dunia, penderita kanker servik uteri terbanyak kedua setelah kanker payudara  (Mardiana, 2006)
            Dalam usaha menyelamatkan wanita agar tidak menjadi korban kanker servik uteri, usaha pencegahan dan diaknosa dini perlu dilakukan,                                  karena penanggulangan pada kasus yang sudah invasif  tidak memuaskan (Harahap, 1984) 
            Untuk menghindari kanker servik uteri sebaiknya melakukan pemeriksaan, pemeriksaan yang dimaksut adalah pap smear. Pap smear merupakan metode pemeriksaan sel cairan dinding leher rahim dengan menggunakan mikroskop. Pada saat pemeriksaan, yang bersangkutan tidak akan merasa sakit dan prosesnya cukup cepat. Dan sangat dianjurkan bagi wanita yang memiliki faktor resiko (pemicu) terkena kanker servik uteri lebih banyak melakukan pemeriksaan ini (Mardiana, 2006)

            Penyakit kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal status sosial, umur dan jenis kelamin. Dari status sosial, penyakit kanker dapat menyerang orang kaya, miskin, berpendidikan tinggi, maupun orang-orang yang sama sekali tidak berpendidikan. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa juga tidak luput dari serangan kanker. Namun berdasarkan data yang ada diperkirakan 60% penderita kanker di Indonesia adalah wanita  (Mardiana, 2006)
            Diagnosis kanker servik uteri masih sering terlambat dibuat dan penanganannyapun ternyata tidak memberi hasil yang baik. Keterlambatan diagnosis terjadi karena penderita sering datang terlambat ke dokter, mengusahakan sendiri mengatasinya dengan minum jamu atau pergi ke dukun. Hal tersebut karena sebenarnya disebabkan kurangnya pengertian akan bahaya kanker, karena pendidikan yang kurang atau kurangnya penerangan mengenai kanker umumnya, kanker servik uteri khususnya. Tidak jarang pula penderita tidak dapat pergi ke dokter karena persoalan biaya, ataupun takut ditemukan kanker pada dirinya. Ketakutan yang tidak beralasan tersebut disebabkan pendapat umum bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Harahap, 1984)
            Berdasarkan pra survei, petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara ada 32 pegawai, terdiri dari 9 orang pegawai pria dan 23 orang pegawai wanita. Dari 23 pegawai wanita 3 orang sudah melakukan pemeriksaan pap smear, 19 orang belum melakukan pemeriksaan pap smear dan 1 orang masih gadis. Para petugas diharapkan dalam tugasnya dapat menyadarkan wanita betapa pentingnya memeriksa diri secara teratur dan berkala. Bila deteksi dini dapat diupayakan, sebenarnya tidak perlu wanita mati karena kanker servik uteri  (Harahap, 1984)

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah penulis membuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut : ”Apakah Faktor-faktor Penyebab Petugas Kesehatan Tidak Melakukan Pemeriksaan Pap Smear Di Puskesmas Raman Utara tahun 2007”

C.  Ruang Lingkup Penelitian
1.      Jenis Penelitian            : Deskritif
2.      Subjek Penelitian        : Ibu-ibu petugas kesehatan puskesmas raman utara Lampung timur.
3.      Objek Penelitian          : Faktor-faktor penyebab petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara tidak melakukan pemeriksaan pap smear.
4.      Lokasi Peneliti            : Puskesmas Raman Utara Lampung Timur.
5.      Waktu Penelitian         : Mei-juni 2007

D. Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mendapatkan faktor-faktor penyebab petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara Lampung Timur tidak melakukan pap smear.
2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahuinya alasan ibu petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara Lampung Timur tidak melakukan pemeriksaan pap smear dilihat dari faktor pendidikan.
b.      Diketahuinya alasan ibu petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara Lampung Timur tidak melakukan pemeriksaan pap smear dilihat dari faktor ekonomi.
c.       Diketahuinya alasan ibu petugas kesehatan Puskesmas Raman Utara Lampung Timur tidak melakukan pemeriksaan pap smear dilihat dari faktor psikologis.

E. Manfaat Penelitian
1.      Bagi Peneliti                            :  Untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan serta pengalaman agar lebih memahami dan mengerti hal-hal yang berhubungan dengan alasan petugas kesehatan puskesmas raman utara lampung timur tidak melakukan periksaan pap smear.
2.      Bagi ibu petugas kesehatan     :  Untuk meningkatkan kesadaran ibu petugas kesehatan betapa pentingnya pemeriksaan diri secara dini, teratur dan berkala.
3.      Bagi institusi pendidikan        :  Untuk dapat dijadikan acuan  (referensi) bagi peneliti lebih lanjut, sekaligus sebagai bahan atau sumber bacaan di perpustakaan institusi pendidikan.

Faktor-faktor penyebab ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS KTI KEBIDANAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Tolak ukur keberhasilan dan kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara diukur dengan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu angka kematian ibu akibat langsung dari proses reproduksi, sedangkan angka kematian bayi (AKB) yaitu angka kematian bayi sampai umur 1 tahun. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia Angka Kematian Ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun dan kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa per tahun (Manuaba, 1998). AKI di Indonesia pada tahun 2003 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
AKI di Bandar Lampung  tahun 2004 sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 55 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Prop. Lampung, 2005). AKI di Kota Metro pada tahun 2004  sekitar 1 per 2.914 kelahiran hidup dan AKB 37 per 2.914 kelahiran hidup (Dinkes Kota Metro, 2005). Banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yaitu dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Senam hamil adalah salah satu upaya promotif dan preventif untuk mengurangi AKI dan AKB.

Persalinan adalah saat yang monumental bagi seorang wanita (Weddingku.com, Maret 2006). Perasaan takut dan cemas dalam menghadapi persalinan biasanya terjadi pada wanita hamil dan menimbulkan ketegangan-ketegangan fisik dan psikis (Primadi, 1980).
Perubahan-perubahan pada ibu hamil yang pertama berupa perubahan fisik yaitu berupa pembesaran perut yang menyebabkan rasa pegal pada pinggang, varises, kram pada kaki, dan perubahan kedua adalah perubahan psikis yaitu berupa ketegangan yang menyebabkan rasa cemas (Primadi, 1980). Senam hamil menurut Viscera (1995) merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care). Senam hamil akan memberikan suatu hasil produk kehamilan (out come) persalinan yang lebih baik dibandingkan pada ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil (Pintunet.com, Maret, 2006).
Senam hamil berfungsi untuk mengendurkan ketegangan-ketegangan, mengurangi pegal-pegal, mengelastiskan perineum dan dapat melakukan pernafasan secara teratur dalam menghadapi persalinan, secara psikologis juga berdampak positif untuk mengurangi rasa panik dan akhirnya proses persalinan dapat berjalan secara lancar (Weddingku.com, Maret 2006).
Senam hamil juga terbukti dapat membantu dalam perubahan metabolisme tubuh selama kehamilan, keuntungannya tingginya konsumsi oksigen untuk tubuh, aliran darah jantung, strok volume dan curah jantung. Selain itu dapat mengakibatkan perubahan peran jantung selama kehamilan yang berguna untuk membantu fungsi jantung sehingga para ibu hamil akan merasa lebih sehat dan tidak merasa sesak nafas serta membuat tubuh segar dan bugar. Pada wanita-wanita hamil yang melakukan senam hamil secara teratur dilaporkan memberi keuntungan persalinannya (Kala II) menjadi lebih pendek dan mengurangi terjadinya gawat janin pada waktu persalinan (Plintunet.com, Maret 2006). Sehingga dapat disimpulkan tujuan utama senam hamil adalah untuk meningkatkan stamina dan kondisi tubuh (Weddingku.com, Maret 2006).
Berdasarkan hasil pra survei dari bulan Januari-Maret 2006 di BPS CH Sudilah, dari 69 persalinan didapatkan 41 persalinan atau 60% yang mengalami ruptur perineum. Ibu hamil yang usia kehamilannya > 22 minggu yang melakukan ANC dari 160 ibu hamil didapatkan 120 atau 75% ibu hamil yang mengeluh pegal-pegal dan cepat lelah selama kehamilan. Hal ini terjadi karena banyak ibu-ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil yang salah satu manfaatnya adalah untuk mengelastiskan perenium dan mengurangi pegal-pegal.
Berdasarkan hasil dari pra survei yang dilakukan pada bulan April tahun 2006 dari 20 ibu hamil yang usia kehamilannya di atas 22 minggu yang melakukan ANC didapatkan 3 orang yang sudah tahu tentang senam hamil baik manfaat, tujuan dan gerakan-gerakan senam hamil tapi tidak melakukan senam hamil dan 17 orang yang tidak tahu tentang senam hamil dan tidak melakukan senam hamil.
Dari uraian di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro”.

B.     Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Apakah faktor-faktor Penyebab Ibu Hamil tidak Melakukan Senam Hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro?”

C.    Tujuan Penelitian

1.      Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran faktor-faktor yang  menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

2.      Tujuan Khusus
a.       Diperoleh gambaran faktor pengetahuan ibu hamil tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
b.      Diperoleh gambaran faktor pendidikan ibu hamil  tentang tidak dilakukannya senam hamil di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.

D.    Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, ruang lingkup penelitian ini adalah :
1.      Jenis penelitian      :  Deskriptif
2.      Subjek penelitian   :  Ibu hamil dengan usia kehamilan > 22 minggu yang tidak melakukan senam hamil.
3.      Objek penelitian    :  Faktor-faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan senam hamil.
4.      Lokasi penelitian   :  di BPS CH. Sudilah Kecamatan Metro Barat Kota Metro.
5.      Waktu Penelitian   :  dilakukan dari tanggal 04 - 13 Mei 2006

E.     Manfaat Penelitian


1.   Bagi BPS CH. Sudilah 
Sebagai bahan evaluasi bagi BPS CH. Sudilah dalam rangka meningkatkan pelayanan antenatal care kepada ibu hamil khususnya senam hamil.

2.   Bagi Peneliti yang lain
Sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang senam hamil.

Faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu di desa KTI KEBIDANAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pada waktu lahir bayi mempunyai berat badan sekitar 3 kg dan panjang badan 50 cm. Pada umur 5 – 6 bulan berat badan bayi sudah mencapai dua kali, pada umur 12 bulan sudah 3 kali berat badan lahir, dan tahun-tahun berikutnya kenaikan berat badan tidak begitu cepat lagi  lebih kurang 2 kg tiap tahunnya (Pudjiadi, 1997). Tetapi rata-rata pertambahan berat badan perbulan pada kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif lebih besar dari pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Selain itu proporsi bayi yang mengalami gangguan kesehatan berupa diare, panas, batuk dan pilek pada kelompok bayi yang tidak diberi ASI eksklusif lebih besar dari pada bayi yang mendapat ASI eksklusif (Depkes RI, 2004).
Pemberian ASI dirasakan sangat menurun di beberapa negara industri dan menurun sangat cepat di negara-negara berkembang (G.J.Ebrahim, 1986). Bukti-bukti penurunan ibu dalam pemberian ASI di negara-negara maju misalnya di Amerika pada awal abad ke-20 kira-kira 71% ibu yang memberi ASI dan menurun menjadi 25%. Di Singapura pada tahun 1951 pada ibu dengan sosial ekonomi sedang dan baik 48% bayi mendapat ASI sedangkan pada golongan sosial ekonomi rendah 71%. Tetapi dalam waktu 1 tahun (1961) keadaan ini menurun menjadi 8% ibu-ibu dengan sosial ekonomi sedang dan 42% ibu-ibu dengan sosial ekonomi rendah (Soetjiningsih, 1997).
Di Indonesia  menurut hasil Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia  tahun 1997 memperlihatkan hanya 52% ibu yang memberikan ASI kepada bayinya. Dipastikan persentase tersebut jauh menurun bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, 15 tahun lalu sebuah penelitian terhadap 460 bayi rawat gabung (rooming in) di RSCM memperlihatkan bahwa 71,1% ibu tidak memberi ASI eksklusif kepada bayinya (sampai berumur 2 bulan) sedangkan 20,2%  diantaranya memberi ASI eksklusif (Pdpersi, 2004).
Di Lampung persentase jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sudah cukup tinggi yaitu 70,33% atau 2.190 bayi dari jumlah bayi keseluruhan 3.114 bayi bila dibandingkan dengan provinsi tetangga seperti Jakarta dan Bengkulu yang masing-masing 64,49% atau 332 bayi dari jumlah bayi 5000 bayi dan 64,49% atau 74.905 bayi dari jumlah bayi 116.149 bayi.
Di Lampung Tengah persentase jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif yaitu 96,56% atau 24,862 bayi dari jumlah bayi 25,746 bayi. Tetapi di Kecamatan Seputih Agung sendiri persentase bayi yang mendapatkan ASI eksklusif masih rendah yaitu 44,40% atau 448 bayi dari jumlah keseluruhan 1.007 bayi bila dibandingkan dengan Gunung Sugih 52,77% dan Kota Gajah 46,01%                    (Dinkes Lamteng, 2003).
Penyebab utama ibu-ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dijelaskan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Penyebab Utama Ibu Tidak Memberikan ASI






Penyebab
Dikota
Di Desa
Ibu Sakit
18,6%
46,7%
ASI tidak keluar
49,6%
40,0%
Ibu bekerja
19,5%
33,3%
Sumber : G.J. Ebrahim, 1986:111
                                           
Ada penyebab lain yang tidak kalah penting yang menyebabkan ibu tidak mau memberi ASI eksklusif diantara adalah puting susu ibu yang lecet, ibu mengeluh payudaranya terlalu penuh dan terasa sakit (bendungan ASI) serta mastitis, sedangkan persentase yang lebih banyak adalah masalah puting susu lecet 57%. (Soetjiningsih, 1997).
Berdasarkan data dan uraian dari latar belakang maka penulis ingin mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu di desa Simpang Agung kecamatan Seputih Agung.

B.     Rumusan Masalah
Dari data yang ada pada latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Faktor-faktor apa yang menyebabkan gangguan permberian ASI pada ibu di desa Simpang Agung Kecamatan Seputih Agung?”.


C.    Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :
1.      Sifat penelitian              :     Deskriptif
2.      Subyek penelitian         :     Ibu menyusui 
3.      Obyek penelitian           :     Faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu
4.      Lokasi                           :     Di Desa Simpang Agung Kecamatan Seputih Agung
5.      Waktu penelitian           :     Tanggal 5 Mei - 11 Juni 2007

D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada maka peneliti menetapkan tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu di desa Simpang Agung Kecamatan Seputih Agung. 

2.      Tujuan Khusus
a.       Diketahui faktor ibu sakit sebagai penyebab gangguan pemberian ASI.
b.              Diketahui faktor ibu bekerja sebagai penyebab gangguan pemberian ASI.
c.       Diketahui faktor puting susu lecet sebagai penyebab gangguan pemberian ASI.
d.      Diketahui faktor bendungan ASI sebagai penyebab gangguan pemberian ASI.
e.       Diketahui faktor mastitis sebagai penyebab gangguan pemberian ASI.

E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini diharapkan memberikan :
1.      Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi mahasiswi kebidanan khususnya mahasiswi Politeknik Kesehatan Tanjung Karang Prodi Kebidanan Metro.
2.      Bagi Desa Simpang Agung
Diharapkan bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan terhadap peningkatan pemberian ASI di desa Simpang Agung Kecamatan Seputih Agung Lampung Tengah.
3.      Bagi Penulis
Penulis/peneliti dapat mengetahui dengan jelas tentang faktor penyebab gangguan pemberian ASI pada ibu, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang ilmu kebidanan.