Kamis, 30 Juli 2009

Askep Hepatitis

Askep Hepatitis

Hepatitis

A. Pengertian

Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).

Askep Hepatitis


B. Etiologi

Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
  • Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E.
  • Hepatitis non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh fisik atau kimia.
Askep Hepatitis


C. Patofisiologi

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis sel perenchyn hati.

Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

Askep Hepatitis


D. Tanda dan Gejala
  1. Masa tunas

    • Virus A : 15-45 hari (rata-rata 25 hari)
    • Virus B : 40-180 hari (rata-rata 75 hari)
    • Virus non A dan non B : 15-150 hari (rata-rata 50 hari)

  2. Fase Pre Ikterik

    Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari, pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.


  3. Fase Ikterik

    Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.


  4. Fase penyembuhan

    Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan lekas capai.

Askep Hepatitis


E. Pemeriksaan Diagnostik
  1. Laboratorium
    • Pemeriksaan pigmen
      • urobilirubin direk
      • bilirubun serum total
      • bilirubin urine
      • urobilinogen urine
      • urobilinogen feses

    • Pemeriksaan protein
      • protein totel serum
      • albumin serum
      • globulin serum
      • HbsAG

    • Waktu protombin
      • respon waktu protombin terhadap vitamin K

    • Pemeriksaan serum transferase dan transaminase
      • AST atau SGOT
      • ALT atau SGPT
      • LDH
      • Amonia serum

  2. Radiologi
    • foto rontgen abdomen
    • pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
    • kolestogram dan kalangiogram
    • arteriografi pembuluh darah seliaka

  3. Pemeriksaan tambahan
    • laparoskopi
    • biopsi hati
Askep Hepatitis


F. Komplikasi

Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada alkoholik.


G. Pengobatan

Hepatitis akut hanya memberi efek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan. Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.

Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas latihan kebugaran jasmani (physical fitness) dapat dilanjutkan secara bertahap. Tidak ada aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi perlu dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktif berat merupakan petunjuk bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatif noninfeksius; karena itu perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.

Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi lainnya hanya bersifat suportif.

Askep Hepatitis



Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Hepatitis


A. Pengkajian
  1. Keluhan Utama

    Penderita datang untuk berobat dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal untuk perokok.


  2. Pengkajian Kesehatan

    1. Aktivitas
      • Kelemahan
      • Kelelahan
      • Malaise

    2. Sirkulasi
      • Bradikardi (hiperbilirubin berat)
      • Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

    3. Eliminasi
      • Urine gelap
      • Diare feses warna tanah liat

    4. Makanan dan Cairan
      • Anoreksia
      • Berat badan menurun
      • Mual dan muntah
      • Peningkatan oedema
      • Asites

    5. Neurosensori
      • Peka terhadap rangsang
      • Cenderung tidur
      • Letargi
      • Asteriksis

    6. Nyeri / Kenyamanan
      • Kram abdomen
      • Nyeri tekan pada kuadran kanan
      • Mialgia
      • Atralgia
      • Sakit kepala
      • Gatal (pruritus)

    7. Keamanan
      • Demam
      • Urtikaria
      • Lesi makulopopuler
      • Eritema
      • Splenomegali
      • Pembesaran nodus servikal posterior

    8. Seksualitas
      • Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan


B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

  1. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.

  2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.

  3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.


C. Intervensi

  1. Diagnosa Keperawatan 1. :

    Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik: anoreksia, mual/muntah dan gangguan absorbsi dan metabolisme pencernaan makanan: penurunan peristaltik (refleks viseral), empedu tertahan.

    Kriteria Hasil :
    • Pasien akan menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan/mempertahankan berat badan yang sesuai.
    • Pasien akan menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium dan bebas tanda malnutrisi.

    Intervensi
    • Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar.
    • Berikan perawatan mulut sebelum makan.
    • Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
    • Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari.
    • Konsultasikan pada ahli diet, dukungan tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi.
    • Awasi glukosa darah.
    • Berikan obat sesuai indikasi :
      • Antiemitik (contoh metalopramide (reglan)).
      • Antasida (contoh mylanta).
      • Vitamin (contoh b kokpleks).
      • Terapi steroid (contoh prednison (deltasone)).
    • Berikan tambahan makanan/nutrisi dukungan total bila dibutuhkan.


  2. Diagnosa Keperawatan 2. :

    Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.


    Kriteria Hasil :
    Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

    Intervensi
    • Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri.
    • Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
      • Akui adanya nyeri
      • Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya.
    • Berikan informasi akurat dan jelaskan penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui.
    • Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi.


  3. Diagnosa Keperawatan 3. :

    Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.


    Kriteria Hasil :
    Pola nafas adekuat

    Intervensi :
    • Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
    • Auskultasi bunyi nafas tambahan
    • Berikan posisi semi fowler
    • Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
    • Berikan oksigen sesuai kebutuhan

Askep - Asuhan Keperawatan


DOWNLOAD ASKEP LENGKAP KLIK DI SINI

Rabu, 29 Juli 2009

Askep Decompensasi Cordis

Askep Decompensasi Cordis

Decompensasi Cordis

A. Pengertian

Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)

Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).

Askep Decompensasi Cordis


B. Etiologi

Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.

Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).

Askep Decompensasi Cordis


C. Klasifikasi

Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif.

Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular heaving,bunyi derap S3 dan S4,pernapasan cheyne stokes,takikardi,pulsusu alternans,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.

Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting edema.

Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :

  1. Kelas 1;Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
  2. Kelas 2;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
  3. Kelas 3;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
  4. Kelas 4;Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
Askep Decompensasi Cordis


D. Patofisiologi

Kelainan intrinsik pada kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :

  • Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,
  • Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron, dan
  • Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.

Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. Meurunnya curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik kompensatorik. Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik merangang pengeluaran katekolamin dari saraf saraf adrenergic jantung dan medulla adrenal.Denyut jantuing dan kekuatan kontraksi akan meningkat untuk menambah curah jantung.Juga terjadi vasokonstriksi arteria perifer untuk menstabilkan tekanan arteria dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke organ organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan ginjal, agar perfusi ke jantung dan otak dapat dipertahankan.

Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan memulai serangkaian peristiwa :

  1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus,
  2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
  3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I,
  4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
  5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
  6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.

Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya tebal dinding.

Askep Decompensasi Cordis


E. Tanda dan gejala

Dampakdari cardiak output dan kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain :

  • Lelah
  • Angina
  • Cemas
  • Oliguri. Penurunan aktifitas GI
  • Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebakan oleh kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
  • Dyppnea
  • Batuk
  • Orthopea
  • Reles paru
  • Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
Tanda-tanda dan gejala kongesti balik ventrikel kanan :
  • Edema perifer
  • Distensi vena leher
  • Hari membesar
  • Peningkatan central venous pressure (CPV)

F. Pemeriksaan penunjang
  1. Foto polos dada
    • Proyeksi A-P; konus pulmonalis menonjol, pinggang jantung hilang, cefalisasi arteria pulmonalis.
    • Proyeksi RAO; tampak adanya tanda-tanda pembesaran atrium
      kiri dan pembesaran ventrikel kanan.

  2. EKG

    Irama sinus atau atrium fibrilasi, gel. mitral yaitu gelombang P yang melebar serta berpuncak dua serta tanda RVH, LVH jika lanjut usia cenderung tampak gambaran atrium fibrilasi.


  3. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi

    Didapatkan gradien tekanan antara atrium kiri dan ventrikel kiri pada saat distol. Selain itu dapat dideteksi derajat beratnya hipertensi pulmonal. Dengan mengetahui frekuensi denyut jantung, besar curah jantung serta gradien antara atrium kiri dan ventrikel kiri maka dapat dihitung luas katup mitral.

Askep Decompensasi Cordis



Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Decompensasi Cordis


A. Pengkajian
  1. Aktivitas dan Istirahat
    • Gejala : Mengeluh lemah, cepat lelah, pusing, rasa berdenyut dan berdebar.
      Mengeluh sulit tidur (ortopneu, dispneu paroksimal nokturnal, nokturia, keringat malam hari).
    • Tanda: Takikardia, perubahan tekanan darah, pingsan karena kerja, takpineu, dispneu.

  2. Sirkulasi
    • Gejala: Menyatakan memiliki riwayat demam reumatik hipertensi, kongenital: kerusakan arteial septal, trauma dada, riwayat murmur jantung dan palpitasi, serak, hemoptisisi, batuk dengan/tanpa sputum, riwayat anemia, riwayat shock hipovolema.
    • Tanda: Getaran sistolik pada apek, bunyi jantung; S1 keras, pembukaan yang keras, takikardia. Irama tidak teratur; fibrilasi arterial.

  3. Integritas Ego
    • Tanda: menunjukan kecemasan; gelisah, pucat, berkeringat, gemetar. Takut akan kematian, keinginan mengakhiri hidup, merasa tidak berguna, kepribadian neurotik.

  4. Makanan / Cairan
    • Gejala: Mengeluh terjadi perubahan berat badan, sering penggunaan diuretik.
    • Tanda: Edema umum, hepatomegali dan asistes, pernafasan payah dan bising terdengar krakela dan mengi.

  5. Neurosensoris
    • Gejala: Mengeluh kesemutan, pusing
    • Tanda: Kelemahan

  6. Pernafasan
    • Gejala: Mengeluh sesak, batuk menetap atau nokturnal.
    • Tanda: Takipneu, bunyi nafas; krekels, mengi, sputum berwarna bercak darah, gelisah.

  7. Keamanan
    • Gejala: Proses infeksi/sepsis, riwayat operasi
    • Tanda: Kelemahan tubuh

  8. Penyuluhan / pembelajaran
    • Gejala: Menanyakan tentang keadaan penyakitnya.
    • Tanda: Menunjukan kurang informasi.

B. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin muncul
  1. Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil.

  2. Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.

C. Inetrvensi
  1. Diagnosa Keperawatan 1. :
    Kerusakan pertukaran gas b.d kongesti paru sekunder perubahan membran kapiler alveoli dan retensi cairan interstisiil

    Tujuan :
    Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi secara adekuat, PH darah normal, PO2 80-100 mmHg, PCO2 35-45 mm Hg, HCO3 –3 – 1,2

    Tindakan
    • Kaji kerja pernafasan (frekwensi, irama , bunyi dan dalamnya)
    • Berikan tambahan O2 6 lt/mnt
    • Pantau saturasi (oksimetri) PH, BE, HCO3 (dengan BGA)
    • Koreksi kesimbangan asam basa

    • Beri posisi yang memudahkan klien meningkatkan ekpansi paru.(semi fowler)
    • Cegah atelektasis dengan melatih batuk efektif dan nafas dalam
    • Lakukan balance cairan
    • Batasi intake cairan
    • Eavluasi kongesti paru lewat radiografi
    • Kolaborasi :
      • RL 500 cc/24 jam
      • Digoxin 1-0-0
      • Furosemid 2-1-0

    Rasional
    • Untuk mengetahui tingkat efektivitas fungsi pertukaran gas.
    • Untuk meningkatkan konsentrasi O2 dalam proses pertukaran gas.
    • Untuk mengetahui tingkat oksigenasi pada jaringan sebagai dampak adekuat tidaknya proses pertukaran gas.
    • Mencegah asidosis yang dapat memperberat fungsi pernafasan.
    • Meningkatkan ekpansi paru
    • Kongesti yang berat akan memperburuk proses perukaran gas sehingga berdampak pada timbulnya hipoksia.
    • Meningkatkan kontraktilitas otot jantung sehingga dapat meguranngi timbulnya odem sehingga dapat mecegah ganggun pertukaran gas.
    • Membantu mencegah terjadinya retensi cairan dengan menghambat ADH.


  2. Diagnosa Keperwatan 2. :
    Penurunan curah jantung b.d penurunan pengisian ventrikel kiri, peningkatan atrium dan kongesti vena.

    Tujuan :
    Stabilitas hemodinamik dapat dipertahanakan dengan kriteria : (TD > 90 /60), Frekwensi jantung normal.

    Tindakan
    • Pertahankan pasien untuk tirah baring
    • Ukur parameter hemodinamik
    • Pantau EKG terutama frekwensi dan irama.
    • Pantau bunyi jantung S-3 dan S-4
    • Periksa BGA dan saO2
    • Pertahankan akses IV
    • Batasi Natrium dan air
    • Kolaborasi :
      • ISDN 3 X1 tab
      • Spironelaton 50 –0-0

    Rasional
    • Mengurangi beban jantung
    • Untuk mengetahui perfusi darah di organ vital dan untuk mengetahui PCWP, CVP sebagai indikator peningkatan beban kerja jantung.
    • Untuk mengetahui jika terjadi penurunan kontraktilitas yang dapat mempengaruhi curah jantung.
    • Untuk mengetahui tingkat gangguan pengisisna sistole ataupun diastole.
    • Untuk mengetahui perfusi jaringan di perifer.
    • Untuk maintenance jika sewaktu terjadi kegawatan vaskuler.
    • Mencegah peningkatan beban jantung
    • Meningkatkan perfisu ke jaringan
    • Kalium sebagai salah satu komponen terjadinya konduksi yang dapat menyebabkan timbulnya kontraksi otot jantung.
Askep Decompensasi Cordis


DOWNLOAD ASKEP KOMPLIT KLIK DI SINI

Senin, 27 Juli 2009

Askep Efusi Pleura

Askep Efusi Pleura


EFUSI PLEURA

A. Pengertian

Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005).Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis yang melapisi rongga dada (pleura parietalis) dan menyelubungi paru (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dan pleura visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit, pleura mungkin mengalami peradangan atau udara atau cairan dapat masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan atau kolaps.

Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler didalam pleura parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih perbedaan absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleura visceralis lebih besar daripada pleura parietalis sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan.


Askep Efusi Pleura

B. Etiologi

Berbagai penyebab timbulnya effusi pleura adalah :

  1. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

  2. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan perikarditis.

  3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs.

  4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikobakterial dan parasit.

  5. Trauma

  6. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, rematoid arthritis, sindroms nefrotik dan uremia.

Askep Efusi Pleura


C. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya effusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotic plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.

Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjadi penimbunan cairan berupa transudat maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalnya pada gagal jatung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan dari pmbuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati dan ginjal. Penimbunan transudat dalam rongga pleura disebut hidrotoraks. Cairan pleura cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.

Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura, dan akibat peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorpsi getah bening.Jika efusi pleura mengandung nanah, keadaan ini disebut empiema. Empiema disebabkan oleh prluasan infeksi dari struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut hemotoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun keganasan.

Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi engembangannya. Derajat gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit. Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.

Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas. Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial Oksigen (Pa O2)≤ 60 mmHg atau tekanan partial Karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa gas darah.

Askep Efusi Pleura


D. Tanda dan Gejala
  1. Batuk

  2. Dispnea bervariasi

  3. Adanya keluhan nyeri dada (nyeri pleuritik)

  4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang interkosta.

  5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi.

  6. Perkusi meredup diatas efusi pleura.

  7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi.

  8. Suara nafas berkurang diatas efusi pleura.

  9. Fremitus fokal dan raba berkurang.

  10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis, abses dan TB paru.

Askep Efusi Pleura


E.Pemeriksaan Penunjang

  1. Rontgen Toraks

Dalam foto thoraks terlihat hilangnya sudut kostofrenikus dan akan terlihat permukaan yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang ditemukan.

  1. CT Scan Thoraks

Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan jaringan toraks lainnya.

  1. Ultrasound

Ultrasound dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada torakosentesis.

  1. Torakosentesis

Askep Efusi Pleura

F. Penatalaksanaan

Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.

    1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.

    2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptik (Betadine).

    3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi.

    4. Torasentesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis), menghilangkan dispnea.

    5. Water seal drainage (WSD)

Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1 – 1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian.

    1. Antibiotika jika terdapat empiema.

    2. Operatif.

Askep Efusi Pleura


G. Komplikasi

1. Fibrotoraks

Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura viseralis. Keadaan ini disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan pengupasan(dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membrane-membran pleura tersebut.

2. Atalektasis

Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan akibat efusi pleura.

3. Fibrosis paru

Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura, atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan jaringan fibrosis.

4. Kolaps Paru

Pada efusi pleura, atalektasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik pada sebagian / semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps paru.

Askep Efusi Pleura


Asuhan Keperawatan Efusi Pleura

A. Pengkajian

  1. Anamnesis:

Pada umumnya tidak bergejala . Makin banyak cairan yang tertimbun makin cepat dan jelas timbulnya keluhan karena menyebabkan sesak, disertai demam sub febril pada kondisi tuberkulosis.

  1. Kebutuhan istrahat dan aktifitas

  • Klien mengeluh lemah, napas pendek dengan usaha sekuat-kuatnya, kesulitan tidur, demam pada sore atau malam hari disertai keringat banyak.

  • Ditemukan adanya tachicardia, tachypnea/dyspnea dengan usaha bernapas sekuat-kuatnya, perubahan kesadaran (pada tahap lanjut), kelemahan otot, nyeri dan stiffness (kekakuan).

  1. Kebutuhan integritas pribadi

  • Klien mengungkapkan faktor-faktor stress yang panjang, dan kebutuhan akan pertolongan dan harapan

  • Dapat ditemukan perilaku denial (terutama pada tahap awal) dan kecemasan

  1. Kebutuhan Kenyamanan/ Nyeri

  • Klien melaporkan adanya nyeri dada karena batuk

  • Dapat ditemukan perilaku melindungi bagian yang nyeri, distraksi, dan kurang istrahat/kelelahan

  1. Kebutuhan Respirasi

  • Klien melaporkan batuk, baik produktif maupun non produktif, napas pendek, nyeri dada

  • Dapat ditemukan peningkatan respiratory rate karena penyakit lanjut dan fibrosis paru (parenkim) dan pleura, serta ekspansi dada yang asimetris, fremitus vokal menurun, pekak pada perkusi suara nafas menurun atau tidak terdengan pada sisi yang mengalami efusi pleura. Bunyi nafas tubular disertai pectoriloguy yang lembut dapat ditemukan pada bagian paru yang terjadi lesi. Crackles dapat ditemukan di apex paru pada ekspirasi pendek setelah batuk.

  • Karakteristik sputum : hijau/purulen, mucoid kuning atau bercak darah

  • Dapat pula ditemukan deviasi trakea

  1. Kebutuhan Keamanan

  • Klien mengungkapkan keadaaan imunosupresi misalnya kanker, AIDS , demam sub febris

  • Dapat ditemukan keadaan demam akut sub febris

  1. Kebutuhan Interaksi sosial

  • Klien mengungkapkan perasaan terisolasi karena penyakit yang diderita, perubahan pola peran.


Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan perkusi pekak, fremitus vokal menurun atau asimetris bahkan menghilang, bising napas juga menurun atau hilang. Gerakan pernapasan menurun atau asimetris, lenih rendah terjadi pada sisi paru yang mengalami efusi pleura. Pemeriksaan fisik sangat terbantu oleh pemeriksaan radiologi yang memperlihatkan jelas frenikus kostalis yang menghilang dan gambaran batas cairan melengkung.



Pemeriksaan Diagnostik

Kultur sputum : dapat ditemukan positif Mycobacterium tuberculosis

Apusan darah asam Zehl-Neelsen : positif basil tahan asam

Skin test : positif bereaksi (area indurasi 10 mm, lebih besar, terjadi selama 48 – 72 jam setelah injeksi.

Foto thorax : pada tuberkulosis ditemukan infiltrasi lesi pada lapang atas paru, deposit kalsium pada lesi primer, dan adanya batas sinus frenikus kostalis yang menghilang, serta gambaran batas cairan yang melengkung.

Biakan kultur : positif Mycobacterium tuberculosis

Biopsi paru : adanya giant cells berindikasi nekrosi (tuberkulosis)

Elektrolit : tergantung lokasi dan derajat penyakit, hyponatremia disebabkan oleh retensi air yang abnormal pada tuberkulosis lanjut yang kronis

ABGs : Abnormal tergantung lokasi dan kerusakan residu paru-paru

Fungsi paru : Penurunan vital capacity, paningkatan dead space, peningkatan rasio residual udara ke total lung capacity, dan penyakit pleural pada tuberkulosis kronik tahap lanjut.


B Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul :

  1. Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk

  2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis

  3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum

  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia


C. Intervensi

1. Ketidak efektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan kelemahan dan upaya batuk buruk.

NOC :

  • Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status pernafasan, pertukaran gas dan ventilasi yang tidak berbahaya :

- Mempunyai jalan nafas yang paten

- Mengeluarkan sekresi secara efektif.

- Mempunyai irama dan frekuansi pernafasan dalam rentang yang normal.

- Mempunyai fungsi paru dalam batas normal.

  • Menunjukkan pertukaran gas yang adekuatditandai dengan :

- Mudah bernafas

- Tidak ada kegelisahan, sianosis dan dispnea.

- Saturasi O2 dalam batas normal

- Rontgen toraks dalam rentang yang diharapkan.

NIC :

  • Kaji dan dokumentasikan

- Keefektifan pemberian oksigen dan perawatan yang lain.

- Keefektifan pengobatan.

- Kecenderungan pada gas darah arteri.

  • Auskultasi dada anterior dan posterior untukmengetahui adanya penurunan atau tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi hambatan.

  • Penghisapan jalan nafas

- Tentukan kebutuhan penghisapan oral/trakeal.

- Pantau status oksigen dan status hemodinamik serta irama jantung sebelum, selama dan setelah penghisapan.

  • Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk menurunan viskositas sekresi.

  • Jelaskan penggunaan peralatan pendukung denganbenar, misalnya oksigen, alat penghisap lender.

  • Informasikan kepada pasien dan keluarga bahwa merokok merupakan kegiatan yang dilarang di dalam ruang perawatan.

  • Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan teknik nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi.

  • Rundingkan dengan ahliterapi oernafasan sesuai dengan kebutuhan.

  • Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi.

  • Beritahu dokter tentang hasil analisa gas darah yang abnormal.

  • Bantu dalam pemberian aerosol. Nebulizer dan perawatan paru lain sesuai dengan kebijakan dan protocol institusi.

  • Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan sekresi.

  • Jika pasien tidak mampu untuk melakukan ambulasi, letak posisi tidur pasien diubah tiap 2 jam.

  • Informasikan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk menurunkan kecemasan dan peningkatan kontrol diri.


2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan paru dan atalektasis.

NOC :

  • Gangguan pertukaran gas akan terkurangi yang dibuktikan dengan status pernafasan yang tidak bermasalah.

  • Pertukaran gas tidak akan terganggu dibuktikan dengan indicator :

- Status neurologist dalam rentang yang diharapkan.

- Tidak ada dispnea saat istirahat dan aktifitas.

- Tidak ada gelisah, siamosis dan keletihan

- Pa O2, Pa CO2, pH arteri dan saturasi O2 dalam batas normal.

NIC :

  • Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman, usaha bernafas, produksi sputum.

  • Pantau saturasi O2 dengan oksimeter.

  • Pantau hasil analisa gas darah.

  • Pantau status mental ( tingkat kesadaran, gelisah, confuse)

  • Peningkata frekuanse pemantauan pada saatpasien tampak somnolen.

  • Observasi terhadap sianosis, terutama membrab mukosa mulut.

  • Jelaskan penggunaan alat bantu yang digunakan.

  • Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi.

  • Ajarkan batuk yang efektif.

  • Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan pemeriksaan AGD dan alat Bantu yang dianjurkan sesuai dengan perubahan kondisi pasien.

  • Laporkan perubahan kondisi pasien: bunyi nafas, pola nafas, hasil AGD dan efek dari pengobatan.

  • Berikan obat-obat yang diresepkan.

  • Jelaskan kepada pasien sebelum memulai pelaksanaan prosedur, untuk menurunkan ansietas.

  • Lakukan tindakan untuk menurunkan konsumsi oksigen.

  • Atur posisi pasien untuk memaksimalkan ventilasi dan mengurangi dispnea.


3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

NOC :

  • Mentoleransi aktifitas yang biasa dilakukan dan ditunjukkan dengan daya tahan, penghematan energi dan aktifitas kehidupan sehari-hari.

  • Menunjukkan penghematan energi ditandai dengan indicator :

> Menyadari keterbatasan energi.

> Menyeimbangkan aktifitas dan istirahat.

> Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas.

NIC :

  • Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktifitas.

  • Tentukan penyebab keletihan.

  • Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktivitas.

  • Pantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber energi.

  • Pantau pola istirahat pasien dan lamanya istirahat.

  • Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang teknik perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen.

  • Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.

  • Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat.

  • Bantu pasien untuk mengubah posisi tidur secara berkala dan ambulasi yang dapat ditolerir.

  • Rencanakan aktifitas dengan pasien / keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.

  • Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktifitas.

  • Rencanakan aktivitas pada periode pasien mempunyai energi paling banyak.


4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan kelemahan, dispnea dan anoreksia.

NOC :

  • Menunjukkan status gizi yang baik dengan indicator adekuatnya makanan oral, pemberian makanan lewat NGT atau nutrisi parenteral.

  • Mempertahankan berat badan dalam batas normal.

  • Nilai laboratorium albumin, transferin dan elektrolit dalam batas normal.

NIC :

  • Tentukan motivasi pasien untk mengubah kebiasaan makan.

  • Pantau nilai laboratorium khususnya transferin, albumin dan elektrolit.

  • Ketahui makanan kesukaan pasien.

  • Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.

  • Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

  • Timbang pasien pada interval yang tepat.

  • Ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.

  • Diskusikan dengan ahli gizi dalam memberikan asupan diet.

  • Rujuk ke dokter untuk menentukan penyebab perubahan nutrisi.

  • Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan.

  • Bantu makan sesuai kebutuhan.

  • Identifikasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan.


DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A, 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid I, Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Price, A & Wilson, M, 2005, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, Terjemahan, Jakarta : EGC.

NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Alih Bahasa : Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta

Smeltzer, S & Bare, B 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC.


Askep Efusi Pleura



DOWNLOAD ASKEP KOMPLIT KLIK DI SINI

Jumat, 10 Juli 2009

Brokoli Keluarkan Toksin dalam Tubuh

Seperti milk thistle brokoli meningkatkan kadar glutathione, ditambah mengubah toksin kimia seperti estrogen menjadi bentuk estrogen yang lebih aman. Hasilnya menurut Shari Lieberman, Ph.D.,dalam buku The Users Guide to Detoxification, menurunkan resiko kanker payudara.(diolah dari berbagai sumber)

Pemeriksaan Umum Ibu Hamil

Apa sajakah Pemeriksaan Umum Kehamilan ?
  1. Bagaimana keadaan umum penderita, keadaan gizi, kelainan bantuk badan, kesadaran.
  2. Adakah anemia, cyanosis, icterus, atau dyspnoe.
  3. Keadaan jantung dan paru-paru.
  4. Adakah oedem :
    Oedema dalah kehamilan dapat disebabkan oleh toxemia gravidarum atau oleh tekanan rahim yang membesar pada vena-vena dalam panggul yang mengalirkan darah dari kaki, tetapi juga oleh hypovitaminose B1, hypoproteinaemia dan penyakit jantung.
  5. Refleks :
    terutama refleks lutut. Refleks lutut negatif pada hypovitaminose B1 dan penyakit urat syaraf.
  6. Tensi :
    Tensi pada orang hamil tidak boleh mencapai 140 systolis atau 90 diastolis.
    Juga perubahan 30 systolis dan 15 diastolis di atas tensi sebelum hamil menandakan toxemia gravidarum.
  7. Berat badan :
    walaupun prognosa kehamilan dan persalinan bagi orang gemuk kurang baik di bandingkan dengan orang yang normal beratnya, dalam menimbang seseorang bukan beratnya saja yang penting, tapi lebih penting lagi perubahan berat setiap kali ibu memeriksakan diri.
    Berat badan dalam triwulan ke III tidak boleh tambah lebih dari 1 kg seminggu atau 3 kg sebulan.
    Penambahan yang lebih dari batas-batas tersebut di atas disebabkan oleh penimbunan (retensi) air dan di sebut praoedema.
  8. Pemeriksaan Laboratorium
    • Air kencing :
      - terutama diperiksa atas glukose, zat putih telur dan sedimen.
      Adanya glukose dalam urine orang hamil harus dianggap sebagai gejala penyakit diabetes kecuali kalau kita dapat membuktikan bahwa hal-hal lain yang menyebabkannya.
      -Dalam akhir kehamilan dan dalam nifas reaksi reduksi dapat menjadi positif adanya laktose dalam air kencing. Zat putih telur positsf dalam air kencing pada nefritis, toxemia gravidarum dan radang dari saluran kencing.
    • Darah :
      - dari darah perlu ditentukan Hb, sekali 3 bulan karena pada orang hamil sering timbul anemia karena defisiensi Fe.
      - Selanjutnya perlu di periksa reaksi seroogis (WR) dan golongan darah. Juga pemeriksaan kadar gula darah. Reaksi Wasserman positif dan lues, tetapi juga pada fraimboesia.
      Golongan darah ditentukan supaya kita cepat dapat mencairkan darah yang cocok jika penderita memerlukannya. Kalau ibu golongan O maka mungkin timbul ABO antagonisme.
    • Faeces diperiksa atas telur-telur cacing.

Kamis, 09 Juli 2009

Ibu Hamil yang Sehat

  • Cukup bertenaga dan bersemangat
  • Nafsu makan baik
  • Tidak pusing-pusing dan mengalami perubahan penglihatan
  • Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
  • Tidak merasa panas disaluran kemih ketika buang air kecil
  • Tidak ada gatal-gatal di vagina
  • Tidak ada duh/cairan vagina yang berbau
  • Tidak kesulitan bernafas
  • Tidak ada rasa nyeri yang berarti pada perut, punggung dan tungkai
  • Tidak ada perdarahan dari vagina
  • Tidak ada bengkak pada tangan dan wajah
Dan yang harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah diperlukannya istirahat agar tubuh tetap sehat dan kuat, antara lain dengan tidur/berbaring paling sedikit selama 1 jam pada siang hari dan tidur 8 jam pada malam hari.

Rabu, 08 Juli 2009

Cara Menghitung Hari Taksiran Persalinan (HTP) dan Umur Kehamilan Berdasarkan Haid Terakhir

Metoda I : Metoda Kalender (untuk HTP)

Hari Pertama haid teakhir (HPHT) untuk tanggal ditambahkan 7 hari, untuk bulan dikurangi 3 bulan dan untuk tahun ditambahkan 1 tahun. Misalnya, HPHT tanggal 12 April 1980, maka untuk hari 12 + 7 = 19 jadi tanggal 19, untuk bulan April : 4 - 3 =1 jadi bulan Januari, untuk tahun ditambah 1 tahun 1980 + 1 =1981 jadi tahun 1981. Jadi HTPnya adalah 19 Januari 1981.


Metoda II : Metoda Bulan (untuk HTP)

Bila ibu hamil mempunyai siklus haid 28 hari (4 minggu), bayi akan lahir tepat 40 minggu atau setelah 10 bulan purnama, bila HPHTnya pada waktu bulan purnama.


Metoda III : Metoda "Roda Kehamilan" (untuk HTP dan Umur Kehamilan)

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan "Roda Kehamilan" atau gestogram (bila ada).


Metoda IV (untuk Umur Kehamilan)


Hitung berapa bulan sudah berlalu sejak HPHT sampai saat pertama kali memeriksakan kehamilan. Misalnya, HPHT pada tanggal 6 April dan ibu memeriksakan diri pada tanggal 12 Juni, maka kehamilannya pada waktu itu telah berumur 2 bulan lebih sedikit.

Umur Kehamilan diperhitungkan dan dibandingkan dengan ukuran uterus, untuk melihat apakah janin tumbuh semakin besar pada setiap kunjungan ulangan.

Selasa, 07 Juli 2009

Cara Mengetahui Perbedaan Primigravida dan Multigravida


Primigravida :
  • buah dada tegang
  • puting susu runcing
  • perut tegang dan menonjol kedepan
  • striae lividae
  • perineum utuh
  • vulva tertutup
  • hymen perforatus
  • vagina sempit dan teraba rugae
  • portio runcing, ost. ext. tertutup


Multigravida :
  • lembek, menggantung
  • puting susu tumpul
  • perut lembek dan tergantug
  • striae lividae dan striae albicans
  • perineum berparut
  • vulva mengangah
  • carunculae myrtiformis
  • vagina longgar, selaput lendir licin
  • portio timpul dan terbagi dalam bibir depan dan bibir belakang.

Senin, 06 Juli 2009

Rumus Perhitungan Dosis

RUMUS PERHITUNGAN DOPAMIN

Dopamin ;1 ampul = 10 cc, 1 ampul = 200 mg , 1 mg = 1000 mikrogram

Rumus factor pengencer = 200.000 = 4000

50cc

Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil

4000

Atau rumus langsung : Dosis x BB 60 x 50 = hasil

200.000


RUMUS PERHITUNGAN DOBUTAMIN

Dobutamin ; 1 ampul = 5 cc , 1 ampul = 250 mg , 1 mg = 1000 mikrogram

250 mg = 250.000 mikrogram

rumus factor pengencer = 250.000 = 5000

50cc

Rumus : Dosis x BB x jam (menit ) = hasil

5000

Atau rumus langsung : Dosis x BB x 60 x 50 = hasil

250.000

Rumus diatas digunakan untuk pemberian dopamine dan dobutamin dengan menggunakan syringe pump.


Rumus pemberian Dopamin dan Dobutamin dalam kolf / drip

Rumus = 200.000 = 400

500

= Dosis x BB x jam ( menit )

400

= hasil sesuai makro drip / mikrodrip


RUMUS PERHITUNGAN NITROCYNE

1 ampul = 10 cc , 1 cc = 1 mg, 1 ampul = 10 mg

Dosis yang digunakan dalam cc ( microgram ) jadi 1 ampul = 10.000 mikrogram

Rumus : Dosis x 60 x pengencer = hasil

10.000


RUMUS PERHITUNGAN ISOKET

1 ampul = 10 cc , 1 ampul = 10 mg , 1mg = 1cc

Isoket atau Cedocard diberikan sesuai dosis yang diberikan oleh dokter.


RUMUS PERHITUNGAN DARAH UNTUK TRANSFUSI

Rumus : Hb normal – Hb pasien = hasil

> hasil x BB x jenis darah

Keterangan :

Hb normal = Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien = Hb pasien saat ini

Hasil = hasil pengurangan Hb normal dan Hb pasien

Jenis darah = darah yang dibutuhkan

= PRC dikalikan 3

= WB dikalikan 6


RUMUS PERHITUNGAN KOREKSI HIPOKALEMI PADA ANAK

Koreksi cepat

Yang dibutuhkan = ( jml K x BB x 0,4 ) + ( 2/6 x BB )

Diberikan dalam waktu 4 jam

Maintenance : 5 x BB x 2

6

Diberikan dalam 24 jam

Keterangan :
Jml K = nilai yang diharapkan ( 3,5 ) – nilai hasil kalian (x)

Minggu, 05 Juli 2009

Cara Menentukan Umur Kehamilan Post Partum Menurut Ballard (1997)

KULIT

0 = merah seperti agar transparan

1 = merah muda licin/halus tampak vena

2 = permukaan mengelupas dengan/tanpa ruam, sedikit vena

3 = daerah pucat, retak2, vena jarang

4 = seperti kertas putih, retak lebih dalam tidak ada vena

5 = seperti kulit retak mengkerut


LANUGO

0 = tidak ada

1 = banyak

2 = menipis

3 = menghilang

4 = umumnya tidak ada

5 =……………..


LIPATAN PLANTAR

0 = hampir tidak tampak

1 = tanda merah sangat sedikit

2 = hanya lipatan anterior yang menghilang

3 = lipatan 2/3 anterior

4 = lipatan seluruh tampak


PAYUDARA

0 = hampir tidak tampak

1 = areola mendatar tidak ada tonjolan

2 = areola seperti titik tonjolan 1-2 mm

3 = areola lebih jelas dengan 3-4 mm

4 = areola penuh tonjolan 5-10 mm


DAUN TELINGA

0 = datar tetap terlihat

1 = sedikit melengkung, lunak lambat kembali

2 = bentuknya lebih baik, lunak mudah membalik

3 = bentuk sempurna, membaik seketika

4 = tulang rawan tebal, tulang telinga kaku


KELAMIN LAKI - LAKI

0 = skrotum tidak ada rugae

1 = testis belum turun

2 = testis turun, sedikit rugae

3 = testis dibawah, rugaenya bagus

4 = testis tergantung, rugaenya dalam


KELAMIN WANITA

0 = klitoris dan labia minor menonjol

1 = labia mayor dan minor sama2 menonjol

2 = labia mayor besar, minor kecil

3 = klitoris dan labia minor di tutupi labia mayor

Sabtu, 04 Juli 2009

Manfaat Susu Kedelai

Berdasarkan penelitian dan berbagai sumber yang salah satunya dari “Buku Sehat dan Bugar dengan Kacang Kedelai” oleh Dr. Paul E, Matulessy, dkk. Susu jenis ini bisa di manfaatkan sebagai alternative untuk anak – anak yang sakit lactose intolerance (tidak tahan terhadap susu sapi) akibatnya diare dan bisa menurunkan kadar kolesterol.

Kacang kedelai mengandung antara lain, vitamin A, B, B1, B2, Vitamin D, mineral hidrokarbon, zat besi, nicotinic acid, lecitin, lineloic, niacin, kalsium, sodium, pospor, asam asparat, asam glutamate, fatty acid dll.

Menurut Hembing, ketua umum Himpunan Pengobatan Tradisional dan Akupuntur se-Indonesia susu kedelai selain menyehatkan juga dapat mencegah penyakit jantung, kanker, lever, radang lambung kronis, Hipertensi, Anemia, Rematoid Artritis, Arteriosklerosis, mencegah kerusakan gigi, meningkatkan stamina, dll. Bahkan kedelai ini dapat di konsumsi oleh berbagai kalangan usia, dari anak - anak hingga orang tua lanjut usia.

Berikut ini perbandingan susu kedelai dan susu sapi :

Energi :
Susu kedelai : 37 kalori
Susu sapi : 61 kalori

Protein :
Susu kedelai : 4,10 gr
Susu sapi : 3,50 gr

Lemak :
Susu kedelai : 1,50 gr
Susu sapi : 3,50 gr

Karboidrat :
Susu kedelai : 3,10 gr
Susu sapi : 4,90 gr

Air
Susu kedelai : 87,50 gr
Susu sapi : 87,40 gr

Kalsium
Susu kedelai : 154,00 mgr
Susu sapi : 144,00 mgr

Natrium
Susu kedelai : 74,00 mgr
Susu sapi : 50,00 mgr

Phospor
Susu kedelai : 66,00 mgr
Susu sapi : 93,00 mgr

Besi
Susu kedelai : 1,30 mgr
Susu sapi : 1,70 mgr

Vitamin A
Susu kedelai : 217,00 IU
Susu sapi : 140,00 IU

Vitamin B1
Susu kedelai : 0,30 mgr
Susu sapi : 0,40 mgr

Vitamin B3
Susu kedelai : 1,10 mgr
Susu sapi : 0,10 mgr

Sumber : berbagai informasi dan media tentang kandungan gizi susu sapi dan susu kedelai.
Darma Wanita No. 120 Tahun 1999

Jumat, 03 Juli 2009

Cara Menurunkan Berat Badan

Makan berpantang bukannya hal yang baru lagi bagi kebanyakan orang yang kelebihan berat badan. Mereka sudah beberapa kali mencobanya. Ada yang menjadi gusar mendengar ejekan sahabat-sahabat mereka sehingga mereka tidak mau makan sama sekali selama waktu yang singkat, tetapi kembali pula pada kebiasaan makan berlebih-lebihan seperi semula.
Satu-satunya jalan untuk memecahkannya adalah cara hidup baru yang berbeda sama-sekali, seperti langkah-langkah berikut :

Batasi banyaknya makanan. Teruskanlah dengan makanan yang seimbang tetapi kurangi segala makanan yang mewah yang sangat anda sukai. Makanan seperti itu banyak mengandung kalori. Anda dapat hidup sehat tanpa itu. Tetapi jangan lupa masukkan cukup banyak kentang dan biji-bijian yang masih berkulit ari di dalam makanan anda. Jangan lupa untuk menghindari semua makanan yang mengandung lemak, seperti es krim, kue-kue yang mewah, dan segala macam gula-gula.

Berhati-hatilah dengan sisa makanan. Banyak ibu menambah berat badan mereka sebab mereka tidak suka melihat makanan di buang-buang. Jauh lebih baik mengurangi makanan yang di sediakan dan menghindarkan persoalan sisa makanan.

Hentikan makan di antara waktu makan. Latihlah untuk meniadakan makanan yang tidak perlu. Lambat-laun anda akan menikmati cara hidup dengan makanan yang di kurangi, dan anda akan heran melihat betapa sehat perasaan badan anda.

Gerak badan yang teratur. Geraklah badan yang teratur setiap hari, maka akan mengurangi kalori tambahan. Gerak badan yang terbaik adalah gerak jalan. Menggerakkan otot-otot tungkai yang besar itu akan menolong membakar lebih banyak kalori yang tidak di perlukan.

Hindarkan makanan yang mewah. Segala gula-gula yang berlebihan mengandung banyak kalori tetapi kurang dalam nilai makanan. Kebiasaan yang terbaik adalah meninggalkan meja makan sementara anda masih lapar.

Ingat, makan dengan teratur penting sekali. Makanan harus dikurangi sedikit, disediakan baik-baik, dan diatur dengan menarik sekali di meja makan. Tidak ada alasan untuk menikmati makanan, meskipun sekarang makanan kurang dari biasanya. Lambat-laun anda akan belajar makan sedikit dan lebih menikmatinya.

Jangan tahan lapar lama-lama. Makan dengan teratur tetapi dengan ukuran adalah jalan yang terbaik untuk mengurangi berat badan.

Jangan lupa makan pagi. Hal ini akan menolong anda dalam pekerjaan sepanjang hari, dan anda akan terhindar dari pencobaan untuk makan gula-gula dan jajan di antara waktu makan.

Makanlah lebih banyak makanan ini, slada, sayur-sayuran hijau, tomat dan wortel. Semuanya mengandung sedikit kalori, tetapi banyak vitamin dan mineral dan mempunyai nilai makanan yang baik. Makanan seperti ini dapat juga di gunakan untuk menghindarkan perasaan lapar di antara waktu makan, jika anda terpaksa makan sesuatu.

Kamis, 02 Juli 2009

Reflek Patologis


  1. Reflek Hoffman – Tromer

    Jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, positif bila ada gerakan fleksi pada ari lainnya


  2. Reflek Jaw

    Kerusakan kortikospinalis bilateral, eferen dan aferennya nervous trigeminus, dengan
    mengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, hasil positif bila mulut terkatup


  3. Reflek regresi

    Kerusakan traktus pirimidalis bilateral / otak bilateral


  4. Reflek Glabella

    Mengetuk dahi diantara kedua mata, hasilnya positif bila membuat kedua mata klien
    tertutup


  5. Reflek Snout

    Mengutuk pertengahan bibir atas, positif bila mulutnya tercucur saliva


  6. Reflek sucking

    Menaruh jari pada bibir klien, positif bila klien menghisap jari tersebut


  7. Reflek Grasp

    Taruh jari pada tangan klien, positif bila klien memegangnya


  8. Reflek Palmomental

    Gores telapak tangan didaerah distal, positif bila otot dagu kontraksi


  9. Reflek rosolimo

    Ketuk telapak kaki depan, positif bila jari kaki ventrofleksi


  10. Reflek Mendel Bechterew

    Mengetuk daerah dorsal kaki2 sebelah depan,positif bila jari kaki ventrofleksi

Rabu, 01 Juli 2009

Refleksiologi


  1. Reflek kornea

    Dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, hasil positif bila mengedip (N IV & VII )


  2. Reflek faring

    Faring digores dengan spatel, reaksi positif bila ada reaksi muntahan ( N IX & X )


  3. Reflek Abdominal

    Menggoreskan dinidng perut dari lateral ke umbilicus, hasil negative pada orang
    tua, wanita multi para, obesitas, hasil positif bila terdapat reaksi otot.


  4. Reflek Kremaster

    Menggoreskan paha bagian dalam bawah, positif bila skrotum sisi yang sama
    naik / kontriksi ( L 1-2 )


  5. Reflek Anal

    Menggores kulit anal, positif bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5 )


  6. Reflek Bulbo Cavernosus

    Tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan kedalam anus, positif bila
    kontraksi spincter ani (S3-4 / saraf spinal )


  7. Reflek Bisep ( C 5-6 )


  8. Reflek Trisep ( C 6,7,8 )


  9. Reflek Brachioradialis ( C 5-6 )


  10. Reflek Patela ( L 2-3-4 )


  11. Reflek Tendon Achiles ( L5-S2)


  12. Reflek Moro

    Reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan


  13. Reflek Babinski

    Goreskan ujung reflak hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari, hasil
    positif pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa abnormal ( jari kaki
    meregang / aduksi ektensi )


  14. Sucking reflek

    Reflek menghisap pada bayi


  15. Grasping reflek

    Reflek memegang pada bayi


  16. Rooting reflek

    Bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi